Lumpia Gang Lombok Sudah Berusia 100 Tahun Lebih
Lumpia Gang Lombok Sudah Berusia 100 Tahun Lebih |
Semarang - Lumpia Gang Lombok Sudah Berusia 100 Tahun Lebih itu masih saja menjadi yang Terenak Dan Teramai.
Kalau kita ke kota Semarang sudah pasti akan kita temukan yang namanya Lumpia Semarang, Namun yang terenak dan paling terkenal cuman 1 yaitu Lumpia Gang Lombok.
Pengalaman saya sendiri yang baru 4 kali berkunjung ke Semarang dalam rangka liburan sekolah bersama anak anak namun belum pernah sekalipun terbeli Lumpia Gang Lombok.
Sudah yang ke 4 kalinya saya berkunjung ke Semarang namun belum pernah sekalipun saya membeli Lumpia Gang Lombok, Maka dari itu saya mencoba untuk berbincang sedikit dengan sang pemilik usaha yaitu Untung Utodo yang merupakan generasi ketiga penerus Lumpia Gang Lombok ini.
Baca Juga : Prediksi Liverpool vs As Roma 25 April 2018
Perbincangan antara saya dan Pak Untung ( Pemilik Usaha Lumpia Gang Lombok )
"Asal mula dari neneknya papi pertama, ia jualan pakai gerobak di Gang Lombok ini. Lalu dilanjutkan papahnya papi (kakek), papi kemudian saya," kata Untung.
Saking lamanya, Untung bahkan tak tahu pasti kapan nenek buyutnya mulai jualan lumpia. "Nggak tau tahunnya tapi yang jelas sudah lebih dari 100 tahun," tegas Untung.
Lumpia Gang Lombok ini memang menempati kios sederhana tapi pengunjungnya banyak dan silih berganti. Ada dua varian lumpia yang tersedia yakni lumpia basah dan lumpia kering.
Untung juga mengatakan banyak orang suka dengan lumpia ini karena rebungnya tidak berbau pesing. Isinya juga banyak, terdiri dari campuran rebung, telur dan ebi.
Resep turun temurun yang digunakan leluhur Untung membuat rasa lumpia ini tak berubah meskipun sudah sangat lama. "Resepnya dari nenek moyang, saya cuma nerusin saja," kata Untung.
Lumpia biasa dimakan langsung atau dicocol dengan saus berwarna kecokelatan dengan rasa manis gurih. Menurut Untung, saus khas ini terbuat dari pati singkong.
Sambil makan, pengunjung bisa juga melihat langsung proses pembuatan lumpia ini. Mulai dari menumis rebung hingga membungkusnya dengan kulit lumpia.
Dalam sehari kios ini mampu menjual 300 buah lumpia di hari kerja. Jumlahnya akan melonjak berkali lipat saat akhir pekan ataupun saat musim libur.
"Biasanya 300 sehari, tapi kalau libur bisa lebih dari 1000. Orang biasa makan langsung tapi juga dibawa buat oleh-oleh," lanjut Untung.
Untuk harga sih masih terjangkau yah karena untuk 1 biji lumpia hanya di hargai Rp. 15.000 saja.
Ketika Pak Untung mendengarkan curhatan saya tentang belum pernah sekalipun membeli atau memakan Lumpia nya maka ketika mendapatkan tawaran langsung tidak saya sia siakan.
Lumpia ini Bentuknya gemuk dengan bagian kulit yang renyah. Saat digigit, irisan rebung dan telur langsung berbaur dalam mulut. Enak dan gurih, tak tercium aroma khas rebung yang aneh.
Dimakan saat hangat ternyata lebih enak. Apalagi sambil dicocol saus kental yang berwarna kecoklatan. Kalau suka pedas, boleh makan bersama cabai.
0 comments:
Post a Comment